22.9.12

Sketsel Indekos

Langit masih ragu menggambar wajahnya
menyembunyikan gedung-gedung bahkan matahari
menunjukkan keresahan penjual nasi

Matahari merambat pelan kearahku
Jilatlah, jilatlah: wajahku, pipiku, keningku, semua!
jilatlah, jilatlah jemuranku

Kemudian nasi ditumpahkan diatas loteng
bersamaan misteri hidupnya

Tumpah juga araknya
Mereka sembilan dengan segenggam stoki
melahap hari di atap kami, hingga kini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar