12.10.12

Rantai Waktu dan Merah Putih


O2


Arus Malam


Kuasa Tuhan

kita atau tuhan yang menentukan?

tuhan yang menentukan, kita yang melakukan

kita melakukan atau berusaha?
apa artinya usaha kita untuk tuhan?
apa tuhan menentukan sebelum terjadi atau ketika terjadi?

kita berusaha karena kita tidak tahu yang akan terjadi

berarti ada sesuatu antara keputusan tuhan kemarin dengan pikiran kita sekarang
sesuatu yang bebas dari waktu

"kuasa tuhan"

11.10.12

Luka Dalam Kata

Di kosong waktu
Kala lorong disitu
Aku, kursi, sapu dan raksasa
dipaku gadis ceria

Ada kata diantara kami
Ada pisau di lidahku
Ada luka di hatinya

Gadis lenyap senyap
mengampas omel singkat
dan sebilah kata

Ada api di lukanya
Ada pisau dilangkahnya
Ada luka di puisiku
Gg_Pelat(04.10.12)

Kerja Kutu Tikus


Koboi


Yang Terbelenggu


Api Diatas Garam


Matahari Kembali


Malam sejuk telah berlalu
Bulan melambai di barat
Yang sahaja sedikit mengerling
memanggil matahari timur

Mata kami menyala kembali,
tangan kami kembali terkepal,
kembali kami dalam kerja yang nyata
Dalam jalan menuju surga
atau lorong yang berujung neraka

Tengoklah kebawah, seorang kuli
bahkan menjinjing karung tepung
dengan senyum yang sederhana

Matahari telah kembali kawan!
perhatikan jalanmu,
nikmati tikungmu
Sampai jumpa di surga
Gg_Pelat(01.10.12)

Tarian cahaya 2

Kembali aku ke laman Tuhan
Dimana kami mengumbar kepuasan,
menunggu dan mengawasi,
menyapa senyum di tungku bapak

Aku minum butiran cokelat yang hijau
juga kerak kelapa
yang menampilkan tarian cahaya
Lalu pikir yang gubal itu menyusut

Aduh! kataku
Tarian cahaya dan bayang-bayang
Aku melihatnya, kataku

Bayang-bayang cahaya mengintip dari bawah ventilasi
Bayang-bayang cahaya merusak khusuk di duhurku
Bayang-bayang cahaya yang kucari
Aduh! kataku

7.10.12

Tentang Ikan


Ikan-ikan di jantung kali
Ikan-ikan yang ku cari
Ikan-ikan, tali dan hati
Ikan-ikan hilang atau mati                      
Ikan-ikan boleh pergi,
tapi cinta tak hendak mati
Gg_Pelat(28.09.12)

4.10.12

Komik Strip 2




Tarian Cahaya

Lentera yang tergantung di beranda pikirku
kini tak tercium biasnya
meredup dan semakin redup

Surup tak terbendung lagi, gelap!
Hilang sudah cahaya yang dulu
membuntutiku seperti mengganggu

Cahaya yang menari-nari,
tak henti walau aku tak peduli
Cahaya yang menamparku,
memaksa aku mengejanya

Sulit, sulit aku pahami orbitnya
Sulit aku mengerti
Apa pikirku butuh sinarnya
atau lebih mencintai sang malam

Dan dari bilik gelap
mataku merindu tariannya,
pipiku rindu tamparnya
walau beranda penuh tanya